Halo apa kabar semuanya ?
Masih sehat?
Masih sehat?
Lama banget ya rasanya saya gak update blog, sekitar 2
bulan yang lalu, se-mager itu mau nulis dari terakhir update SOLO TRAVELLING GUNUNG GEDE
Nah mumpung sekarang lagi #dirumahaja saya mau nulis
perjalanan terakhir saya Solo Travelling ke Gunung Lawu
Niatnya tahun baru mau di Jakarta aja , menghabiskan family
time gitu begadang di mall atau pasang kembang api di Jakarta, tapi karena ada
keresahan hati akhirnya saya memutuskan untuk naik gunung .
Berawal dari keresahan hati diatas, nah kebiasaan saya untuk
research pertama-tama adalah browsing. Gunung mana yang dekat? Gunung mana yang
aman? Gunung mana yang masih buka? Berapa biayanya?
Dari ke-semua pertanyaaan diatas yang lolos seleksi adalah GUNUNG LAWU.
Dari ke-semua pertanyaaan diatas yang lolos seleksi adalah GUNUNG LAWU.
Setelah menemukan tujuan, saya biasanya ceki ceki instragram
atau berita terupdate dari tujuan saya, yap saya ceki ceki instagram gunung
lawu dan browsing sebanyak-banyaknya tentang gunung lawu untuk memastikan saya
aman sendirian ke sana.
SEMUA AMAN? Cus pesan tiket bus . Saya pesan tiket bus dari aplikasi
redbus lumayan ada promo dan gak pake antri.
30 Desember 2019
Saya naik bus Sinar Jaya dari Terminal Pondok Pinang - Terminal Karangpandan, berangkat dari Terminal Pondok Pinang jam 14.30 sampai di Terminal Karangpandan jam 3 pagi, nah di terminal karangpandan ini saya bertemu 2 orang yang akan menemani saya selama di gunung. Saya lihat mereka bawa tas keril dan pakai baju mendaki, hmmm ajak kenalan aaahh.
"Kalian mau ke gunung mana?"
"Ke lawu , mbak nya sendirian aja?"
"Wah sama saya juga ke Lawu, iya sendirian ehehe"
"Yaudah bareng-bareng sama kita aja"
"Yaudah okee siip barengan aja yaaa (dalem hati *yesss dapet temen baru)"
Dari Terminal Karangpandan kita menunggu setengah jam an untuk nego harga dengan pak supir bus kecil yang akan mengantarkan kita ke Candi Cetho, yang mana akan menjadi basecamp pendakian kita menuju puncak Gunung Lawu.
31 Desember 2019
31 Desember 2019
Jam set 4 pagi kita ber3 menuju Candi Cetho ditemani sejuk semilir angin subuh yang masuk melalui pintu bus.
Jam 5 kita sampai basecamp Candi Cetho sholat subuh, kemudian istirahat sejenak menunggu hingga pagi.
Jam 7 pagi kita mulai daftar di simaksi, yang ternyata buka-nya masih jm8 😆 kita duduk lagi lah depan simaksi nunggu pos pendaftarannya buka .
Jam 8 simaksi buka, daftar, kasih FC KTP, isi data, dikasih peta, berang-berang makan coklat , berangkaaaattttt !
Dari basecamp ke pos 1 mbah branti masih trek tangga dan landai, di trek juga kita melawati candi kethek, menempuh perjalanan sekitar 1 jam.
Dari Pos 1 ke Pos 2 Brak Seng kita melewati jalan setapak dimana kanan kiri ada perkebunan warga, nanjak dikit landai nanjak dikit landai, ditempuh selama 2 jam karena kita duduk mulu 😆.
Dari Pos 2 ke Pos 3 jalan semakin terjal dan licin, gerimis pun turun harus segera pakai jas hujan, menambah licin medan pendakian saat itu, jalannya 10 menit duduknya setengah jam 😂 Lapar pulaa ya ampuuuun ada aja godaannya saat mendaki, mau tidak mau kita masak mie ditengah hujan lebat agar kita tetap bisa jalan gak loyo karena kelaparan.
Sampai Pos 3 Cemoro Dowo jam 2 siang, karena cuaca dan fisik kita sudah tidak memungkinkan, terpaksa kita mendirikan tenda di Pos 3, bangun tenda-pun sambil hujan-hujannya sampai baju basah semua meskipun sudah pakai jas hujan.
Nah niatnya itu cuma istirahat 2-3 jam saja kan di tenda karena kita harus segera lanjut ke Pos 4 mengejar sampai puncak, tapiiiiii apalah daya hujannya tak kunjung berhenti hingga malam tahun baru terlewati, hujan kecil terus berlanjut sampai pagi hari (yang belakangan diketahui ternyata di Jakarta banjir awal tahun).
Kecewa? pasti! sedih? banget ! malam tahun baru saya tidak bisa tidur karena membayangkan tahun baru-an di puncak malah sekarang terjebak hujan di Pos 3. Jadilah sehari semalam kita cuma di dalem tenda, masak, makan, tidur, repeat. Oh lawuuu ~ kau mengujiku ~
1 Januari 2020
Jam 4 pagi kita bangun, jam 7 pagi baru siap 😬 masih gerimis sedikit tapi kita paksain buat jalan, medan dari Pos 3 ke Pos 4 ini mashaAllah luar biasa nyiksa, naik selangkah turun dua langkah apalagi medan licin bawa sampah sisa masak kita semalem, bawa baju basah yang kehujanan, makin beraaaatttt. Dari Pos 3 ke Pos 4 menempuh perjalanan selama 3 jam.
Sampai Pos 4 jam 11 siang, kita istirahat lumayan lama disini makan roti dan ketemu jalak paruh kuning yang mitosnya sebagai penunjuk jalan pendaki supaya selamat sampai puncak gunung lawu, katanya kalau ketemu jalak ini di lawu harus kita kasih apapun yang kita makan, nah saat itu kita lemaparin beras dan dia terbang dengan cantiknya. Nah disini pula-lah saya mendengar suara gamelan samar-samar (logika nya suara gamelan yang kebawa angin) yang membuat saya merinding di siang bolong dan saya hanya memberi kode kepada rizal dan nisa tanpa menceritakan apa yang saya alami, untungnya mereka paham dan langsung lanjut jalan.
Dari Pos 4 ke Pos 5 dtempuh selama 3 jam udah mulai lelah fisik ini, lemes kehabisan air, air di gupakan menjangan kotor sehingga bukan rejeki kita isi ulang air disana akhirnya saya minta mas - mas yang nenda di Pos 5 Alhamdulillah dikasih sebotol aqua 1 liter besar. Sampai Pos 5 jam 2 siang karena kita kelelahan dan sering berhenti.
Dari pos 1 ke pos 2 ada sumber air yang airnya bisa diminum, isi ulang duluuuuu ~
Sampai Pos 3 Cemoro Dowo jam 2 siang, karena cuaca dan fisik kita sudah tidak memungkinkan, terpaksa kita mendirikan tenda di Pos 3, bangun tenda-pun sambil hujan-hujannya sampai baju basah semua meskipun sudah pakai jas hujan.
Nah niatnya itu cuma istirahat 2-3 jam saja kan di tenda karena kita harus segera lanjut ke Pos 4 mengejar sampai puncak, tapiiiiii apalah daya hujannya tak kunjung berhenti hingga malam tahun baru terlewati, hujan kecil terus berlanjut sampai pagi hari (yang belakangan diketahui ternyata di Jakarta banjir awal tahun).
Kecewa? pasti! sedih? banget ! malam tahun baru saya tidak bisa tidur karena membayangkan tahun baru-an di puncak malah sekarang terjebak hujan di Pos 3. Jadilah sehari semalam kita cuma di dalem tenda, masak, makan, tidur, repeat. Oh lawuuu ~ kau mengujiku ~
Jam 4 pagi kita bangun, jam 7 pagi baru siap 😬 masih gerimis sedikit tapi kita paksain buat jalan, medan dari Pos 3 ke Pos 4 ini mashaAllah luar biasa nyiksa, naik selangkah turun dua langkah apalagi medan licin bawa sampah sisa masak kita semalem, bawa baju basah yang kehujanan, makin beraaaatttt. Dari Pos 3 ke Pos 4 menempuh perjalanan selama 3 jam.
Medan pendakian terjal dan licin
Sampai Pos 4 jam 11 siang, kita istirahat lumayan lama disini makan roti dan ketemu jalak paruh kuning yang mitosnya sebagai penunjuk jalan pendaki supaya selamat sampai puncak gunung lawu, katanya kalau ketemu jalak ini di lawu harus kita kasih apapun yang kita makan, nah saat itu kita lemaparin beras dan dia terbang dengan cantiknya. Nah disini pula-lah saya mendengar suara gamelan samar-samar (logika nya suara gamelan yang kebawa angin) yang membuat saya merinding di siang bolong dan saya hanya memberi kode kepada rizal dan nisa tanpa menceritakan apa yang saya alami, untungnya mereka paham dan langsung lanjut jalan.
tepar euy~
Sabana Gupakan Menjangan
Gupaka Menjangan - Pasar Dieng ini waktu terasa lebih lama dan tiba-tiba jam tangan Rizal berhenti berdetak, "Kok jam 2 terus ya gaes", lalu saya melihat jam di HP saya "Ih engga kok, orang ini jam 3"
Dan ke-mistis-an ke 2 pun terjadi, (sebenernya logikanya mungkin disini medan magnet nya tinggi jadi membuat jam tangan mati sesaat). Oke akhirnya kita lanjut jalan mengejar sampai mbok yem sebelum malam, karena bisa diduga saat tahun baru gini pasti nanti malam akan turun hujan lagi. Sampai mbok yem, jam tangan rizal nyala lagi di jam yang seharusnya.
Melewati pasar dieng dengan hati dag dig dug der, mitosnya di pasar dieng ini, jika kita melewati jalan ini dan tiba-tiba batu yang disusun itu jatuh, maka kita akan hilang digunung dan apabila mendengar suara berisik seperti pasar, maka kita wajib membuang 1 barang yang kita punya (entah itu koin,uang kertas,baju,dll) lalu kita harus ambil 1 benda apapun dari lokasi pasar dieng (entah itu daun,batu,ranting,dll) sebagai bentuk kita telah masuk pasar dan melakukan transaksi jual-beli. Alhamdulillah pasar dieng kita lewati dengan aman tanpa terjadi suatu apapun 🙏.
Benar saja sampai mbok yem jam 4 sore , jam 5 sore turun hujan lebat, Alhamdulillah kita tidak terjebak hujan lagi seperti kemarin, di warung mbok yem ini kita bisa numpang tidur, beli makan & minum sambil menunggu besok summit.
2 Januari 2020
Saya niat bangun pagi-pagi sekali jam4 subuh untuk memburu sunset dan summit namun rizal dan nisa kedinginan, akhirnya ngaret sampai jam 6 barulah saya memutuskan sendirian untuk summit, karena rizal dan nisa belum mau summit.
Oke hike must go on, saya tidak bisa menunggu terlalu lama karena hari ini juga kita harus turun untuk pulang kembali ke Jakarta. Deg deg-an parah sih semoga nggak nyasar dan selamat sampai puncak doa saya waktu itu.
Untungnya jalur summit puncak ini jelas, karena ada bendera yang jadi patokan kita untuk menuju puncak, saya sempat lelah duduk, jalan lagi, duduk jalan lagi, udara disini tipis karena sudah di ketinggian 300mdpl jadi cepet engaup eh tapi kok , loh kok, hmmm kok jalannya kok bercabang??? tanpa ada bendera penunjuk??
mau nangis nggak ada orang, mau teriak takut habis nafas, okeee santuy kita duduk dulu
berfikir jernih dulu
tark nafas, berdoa, Tuhan dan semesta saya tidak ingin mengganggu, izinkan saya sampai puncak dan turun lagi dengan selamat. Selesai berdoa dan berpikir saya langkahkan kaki saya mengikuti kata hati, yaitu belok kanan. Fabayyi alaa irobbikuma tukadziban jalan yang saya pilih benar dan saya sampai puncak dengan selamat .
Di puncak ini saya ketemu 2 teman baru yang nanti akan ikut turun gunung bareng, setelah saya puas foto-foto, beberapa waktu kemudian ternyata rizal dan nisa muncul nyusul ke puncak juga, jadilah ini foto full team.
Dan ke-mistis-an ke 2 pun terjadi, (sebenernya logikanya mungkin disini medan magnet nya tinggi jadi membuat jam tangan mati sesaat). Oke akhirnya kita lanjut jalan mengejar sampai mbok yem sebelum malam, karena bisa diduga saat tahun baru gini pasti nanti malam akan turun hujan lagi. Sampai mbok yem, jam tangan rizal nyala lagi di jam yang seharusnya.
Melewati pasar dieng dengan hati dag dig dug der, mitosnya di pasar dieng ini, jika kita melewati jalan ini dan tiba-tiba batu yang disusun itu jatuh, maka kita akan hilang digunung dan apabila mendengar suara berisik seperti pasar, maka kita wajib membuang 1 barang yang kita punya (entah itu koin,uang kertas,baju,dll) lalu kita harus ambil 1 benda apapun dari lokasi pasar dieng (entah itu daun,batu,ranting,dll) sebagai bentuk kita telah masuk pasar dan melakukan transaksi jual-beli. Alhamdulillah pasar dieng kita lewati dengan aman tanpa terjadi suatu apapun 🙏.
Benar saja sampai mbok yem jam 4 sore , jam 5 sore turun hujan lebat, Alhamdulillah kita tidak terjebak hujan lagi seperti kemarin, di warung mbok yem ini kita bisa numpang tidur, beli makan & minum sambil menunggu besok summit.
2 Januari 2020
Saya niat bangun pagi-pagi sekali jam4 subuh untuk memburu sunset dan summit namun rizal dan nisa kedinginan, akhirnya ngaret sampai jam 6 barulah saya memutuskan sendirian untuk summit, karena rizal dan nisa belum mau summit.
Oke hike must go on, saya tidak bisa menunggu terlalu lama karena hari ini juga kita harus turun untuk pulang kembali ke Jakarta. Deg deg-an parah sih semoga nggak nyasar dan selamat sampai puncak doa saya waktu itu.
Untungnya jalur summit puncak ini jelas, karena ada bendera yang jadi patokan kita untuk menuju puncak, saya sempat lelah duduk, jalan lagi, duduk jalan lagi, udara disini tipis karena sudah di ketinggian 300mdpl jadi cepet engaup eh tapi kok , loh kok, hmmm kok jalannya kok bercabang??? tanpa ada bendera penunjuk??
mau nangis nggak ada orang, mau teriak takut habis nafas, okeee santuy kita duduk dulu
berfikir jernih dulu
tark nafas, berdoa, Tuhan dan semesta saya tidak ingin mengganggu, izinkan saya sampai puncak dan turun lagi dengan selamat. Selesai berdoa dan berpikir saya langkahkan kaki saya mengikuti kata hati, yaitu belok kanan. Fabayyi alaa irobbikuma tukadziban jalan yang saya pilih benar dan saya sampai puncak dengan selamat .
Puncak Lawu 3265 mdpl view sunrise dari mbok yem
Di puncak ini saya ketemu 2 teman baru yang nanti akan ikut turun gunung bareng, setelah saya puas foto-foto, beberapa waktu kemudian ternyata rizal dan nisa muncul nyusul ke puncak juga, jadilah ini foto full team.
Puncak Lawu 3265 mdpl
Yang nggak tau kisah Alvi bisa dibaca disini 👉alvi menghilang di lawu
Baiklah kita nurut untuk nggak turun dulu, sejam ,dua jam berlalu, ini udah jam 10 pagi, duh kalo nggak turun sekarang bisa-bisa kita kehabisan bus yang ke Jakarta.
Bismillahirohmanirrohim dengan niat baik kami turun ber5 berpamitan dengan saudara mbok yem walaupun kabut masih tebal.
Kita pilih turun lewat Cemoro Sewu, karena ingin menjajal trek lainnya juga 😅
tim rebahan - rebahan club
Jalur Cemoro Sewu ini tangga yang dibuat dari batu-batu besar jadi nggak se-licin Jalur Candi Cetho, tapiiii justruuuu jalur begini yang membuat kaki bergetar tremor 😁. Jalur Cemoro Sewu ini tak kalah indahnya dengan jalur Candi Cetho perbedaan nya hanya di kecepatan waktu dan medannya saja.Perjalanan turun ini ditempuh selama kurang lebih 7 jam lamanya, maklum yaaa tim rebahan - rebahan club.
Basecamp Cemoro Sewu
Rincian Biaya :
1. Bus Jakarta - Solo (Karangpandan) : 120.000
2. Carter mobil karangpandan - candi cetho : 50.000
3. Pendaftaran simaksi : 15.000
4. Makan mbok yem : 128.000
5. Belanja logistik : 80.000
6. Makan soto cemoro sewu : 20.000
7. Carter mobil cemoro sewu - Terminal Tirtonadi : 50.000
8. Bus tirtonadi - kampung rambutan : 180.000
TOTAL : 643.000
0 komentar:
Post a Comment